PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI HUKUM ISLAM: ANALISIS NORMATIF, PSIKOLOGIS, DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

Abstract

Perceraian merupakan fenomena sosial–hukum yang semakin kompleks dalam masyarakat Muslim kontemporer, ditandai oleh meningkatnya angka perceraian serta beragam konsekuensi multidimensional yang ditimbulkannya, khususnya terhadap anak. Dalam hukum Islam, perceraian dibolehkan secara normatif sebagai solusi hukum ketika kehidupan rumah tangga tidak lagi dapat dipertahankan, namun pada saat yang sama membawa implikasi psikologis, emosional, dan sosial yang signifikan bagi anggota keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perceraian dalam perspektif psikologi hukum Islam dengan mengintegrasikan doktrin normatif fiqh dan temuan psikologi keluarga serta perkembangan anak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif normatif dengan pendekatan konseptual dan interdisipliner, melalui analisis terhadap sumber-sumber hukum Islam klasik dan kontemporer serta literatur psikologi empiris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceraian dalam hukum Islam diposisikan sebagai al-ḥall al-ākhir (solusi terakhir) yang berlandaskan prinsip keadilan, kemaslahatan, dan pencegahan mudarat. Namun, dari perspektif psikologis, perceraian merupakan krisis relasional yang berpotensi mengganggu stabilitas emosional, perkembangan kognitif, dan penyesuaian sosial anak. Penelitian ini menegaskan bahwa perceraian tidak selalu bersifat negatif, sebab dalam kondisi konflik kronis atau kekerasan dalam rumah tangga, perceraian dapat berfungsi sebagai mekanisme perlindungan yang sejalan dengan tujuan-tujuan hukum Islam (maqāṣid al-sharī‘ah). Oleh karena itu, pendekatan psikologi hukum Islam menjadi relevan dan mendesak untuk menjamin perlindungan anak dan mewujudkan kesejahteraan keluarga secara komprehensif.